KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM” dengan lancar. Dalam penulisan
makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terimakasih kepada Dra. Hj. Srijatun, MSI Selaku dosen pembimbing mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam, dan semua pihak yang telah membantu selesainya
penyusunan makalah ini.
Kami sadar
bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh karena
itu kamiselaku penulis makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca
yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
22
Oktober 2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah
Ahmad Tafsir (1994) menyatakan
bahwa pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan
manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral,
untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba (abd)
dihadapan Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta-(Tafsir,
1994). Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik
(generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar
memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan).
Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa
dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di
mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam
menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah
Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah paradigma
pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.
B. Rumusan Masalah
·
Bagaimana periodesasi
pendidikan islam?
·
Bagaimana pendidikan pada masa
Rasulullah saw.?
·
Bagaimana pendidikan pada masa
Al-Khulafah Al-Rasyidin?
·
Bagaimana pendidikan pada masa
Bani Umawiyah?
C. Tujuan
Tujuan dari
penulisan makalah ini adalah
·
Mengetahui proses
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam
·
Mengetahui
pusat-pusat pendidikan islam
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Rumusan masalah
C. Tujuan
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam
B.
Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
a.
Pendidikan pada masa Rasulullah saw di Mekah
b.
Pendidikan pada masa Rasulullah di MAdinah
C.
Pendidikan Islam Pada Masa Khulafa Al-Rasyidin
D.
Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERIODISASI
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Sejarah pendidikan islam pada
hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh karenanya, periodesasi
pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri.
Periodisasi
pendidikan islam dibagi menjadi 5 periode, yaitu:
1. Periode
pembinaan pendidikan islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad Saw
2. Periode
pertumbuhan pendidikan islam, yang berlangsung sejak nabi Muhammad Saw wafat
sampai akhir bani Umayyah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu haliyah
3. Periode
kejayaan pendidikan islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah Abbasiyah
sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah
dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan islam.
4. Periode
kemunduran pendidikan islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir
ketangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi kebudayaan islam dan
berpindah pusat pengembangan kebudayaan ke dunia barat
5. Periode
pembaharuan pendidikan islam, yang berlangsung sejak penduduk Mesir oleh
Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala kebangkitan kembali umat
dan kebudayaan islam.
Prof. Dr. Harun Nasution secara garis membagi sejarah islam kedalam tiga
periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern.
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan
bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
v masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)
v masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M)
v masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)
v masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)
v masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang.
B.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
RASULULLAH
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat
dibedakan menjadi 2 periode:
a.
Pendidikan Islam Pada Masa
Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di
Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an
yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan
(semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia
apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub
ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah,
lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah.
dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud)
memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu,
bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW
telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan
menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada
seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan
islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu
disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan
teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi
menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam
pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar
atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan
wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima
tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat)
bersama sahabat-sahabatnya.
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi,
supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan
terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak
tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap
melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan
islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di
Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti
sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan
tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan
Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan
kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian
manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan
‘akliyah dan ilmiyah. Pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
- Pendidikan Keagamaan yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala
- Pendidikan Akliyah dan Ilmiah yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
- Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
- Pendidikan Jasmani atau Kesehatan Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
b.
Pendidikan Islam pada masa
Rasulullah di Madinah
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
·
Pembentukan dan pembinaan
masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar
diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
·
Pendidikan sosial politik dan
kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam
pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi
Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan
ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku
bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab
maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
·
Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam
yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan
melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya
banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an.
Adapun
garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut: Pendidikan Tauhid, Pendidikan Shalat,
Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, Pendidikan adab dan sopan
santun dalam keluarga, Pendidikan kepribadian, Pendidikan kesehatan, Pendidikan
akhlak.
·
Kurikulum Pendidikan Islam
Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada
zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang
luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan
yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya
dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat
lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada
Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan
materi-materi pendidikan islam.
C.
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA
KULAFA AL-RASYIDIN
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin
merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan
kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin
seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam
masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di
Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak
jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar
bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar,
guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru
ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada
rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di
bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib,
pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu
dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
D. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI
UMAYAH
a.
Visi, Misi
Tujuan dan Sasaran
Visi Pendidikan di zaman Bani Umayyah secara eksplisit
tidak dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya
adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan
masing-masing wilayah Islam. Adapun misinya antara lain :
a. Menyelenggarakan Pendidikan agama
dan umum secara seimbang.
b. Melakukan penataan kelembagaan dan
aspek-aspek pendidikan Islam.
c. Memberikan pelayanan pendidikan pada
seluruh wilayah Islam secara adil dan merata.
d. Menjadikan pendidikan sebagai
penopang utama kemajuan wilayah Islam.
e. Memberdayakan masyarakat agar dapat
memecahkan masalahnya dengan kemampuannya sendiri.
Adapun Tujuannya adalah menghasilkan sumber daya
manusia yang unggul dalam secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu
menerapkannya bagi kemajuan wilayah Islam. Sedangkan yang menjadi sasarannya
adalah seluruh umat dan warga yang terdapat diseluruh wilayah kekuasaan
Islam,sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Visi,misi,tujuan dan sasaran pendidikan tersebut diatas, secara eksplisit
atau
tertulis tentu belum ada. Namun dari segi kebijakannya secara umum serta hasil-hasil
yang dicapai oleh dinasti ini mengandung visi,misi,tujuan dan sasaran tersebut.
b. Kelembagaan
Pendidikan Bani Umayyah
Adapun Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada
zaman daulah Bani Umayyah, yakni sebagai berikut :
a. Istana
Pendidikan di istana bukan saja mengajarkan ilmu
pengetahuan umum,melainkan juga mengajarkan tentang kecerdasan,jiwa,dan raga
anak. Timbulnya pendidikan di Istana untuk anak-anak adalah berdasarkan
pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu
melaksanakan tugas kelak setelah ia dewasa. Pendidikan anak di istana berbeda
dengan pendidikan anak-anak di kuttab pada umumnya. Di istana orang tua murid
(para pembesar di istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut
selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki oleh orang tuanya. Guru yang
mengajar di istana di sebut mu’addib. Rencana pelajaran untuk pendidikan
di istana pada garis besarnya sama saja dengan rencana pelajaran pada
kuttab-kuttab,hanya ditambah atay dikurangi menurut kehendak para pembesar yang
bersangkutan.
b. Khuttab
Khuttab atau Maktab berasaal dari
kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab
adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar
menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.[6]
Adapun cara yang dilakukan oleh
pendidik disamping mengajarkan Al Quran mereka juga belajar menulis dan tata
bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan tertumpu mengajarkan Al Quran
semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka
pada pelajaran sangat pesat. Al Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk
belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari.
Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid jug mempelajari tata bahasa
Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.
Peserta didik dalam Khutab adalah
anak-anak, tidak dibatasi baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak membedakan
murid-murid mereka, bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Khuttab
memperoleh pakaian dan makanan secara cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun
memperoleh hak yang sama dengan anak-anak laki-laki dalam belajar.
c. Mesjid
Peranan Mesjid sebagai pusat
pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang
merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada
orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Pada Bani Umayyah, Mesjid
merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah
khuttab. Pelajaran yan diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh.
Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
d. Badi’ah
Lembaga Pendidikan Badiah
muncul seiring dengan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah untuk melakukan
program Arabisasi yang digagas oleh khalifah Abdul Malik Ibn Marwan. Secara
harfiah badiah artinya dusun Badui di padang sahara yang di dalam
terdapat padang sahara yang didalam terdapat bahasa Arab yang masih fasih dan
murni sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Akibat dari Arabisasi ini maka
muncullah ilmu qawaid dan cabang ilmu lainnya mempelajari bahasa Arab.
Melaui pendidikan di Badiah ini,maka bahasa Arab dapat sampai ke
Irak,Syiria,Mesir, Lebanon,Tunisia,Al-Jazair,Maroko,di samping Saudi Arabia,
Yaman, Emirat Arab,dan sekitarnya. Dengan demikian banyak para penguasa yang
mengirim anaknya untuk belajar bahasa Arab ke Badiah.
e. Perpustakaan
Perpustakaan tumbuh dan berkembang
seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan
penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran yang
berbasis penelitian, perpustakaan, memegang peranan yang sangat penting. Ia
menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan.
Perpustakaan selanjutnya tidak
hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan buku, melainkan juga melakukan
kegiatan belajar mengajar. Seorang penulis atau pengarang terkadang diundang ke
perpustakaan untuk mempresntasikan temuan atau informasi yang ada dalam buku
yang ditulisnya. Di zaman Bani Umayyah perhatian dan pengembangan
terhadap perpustakaan mengalami peningkatan. Al-Hakam ibn Nasir (350
H.961M) misalnya mendirikan perpustakaan yang besar di kordoba.
f. Al.
Bimaristan
Al Bimaristan adalah rumah sakit
tempat berobat dan merawat orang serta berfungsi sebagai tempat melakukan
magang dan penelitian bagi calon dokter. Di masa sekarang ini al-Bimaristan di
kenal dengan istilah Teaching hospital (Rumah sakit Pendidikan). Khalid
Ibn Yazid, Cucu mu’awiyah, misalnya tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran.
Melalui wewenang yang ada padanya ia
menyediakan jumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir
untuk menterjemahkan buku kimia,dan kedokteran ke dalam bahasa Arab. Inilah
kegiatan penerjemahan pertama dalam sejarah Islam. Tempat untuk melakukan
kegiatan keilmuan ini adalah al-Bimaristan. Khalifah al-waid ibn Abd
Malik termasuk khalifah yang banyak memberikan perhatian terhadap al-Bimaristan.
c. Kurikulum Pendidikan Bani Umayah
Kurikulum pendidikan pada Bani
Umayyah meliputi :
a. Ilmu agama
yakni Al-Qur’an,Hadis dan Fikih. Sejarah mencatat bahwa pada masa khalifah Umar
Ibn Abd al-Aziz (99-10 H) dilakukan proses pemubukuan Hadis, sehingga studi
Hadis mengalami perkembangan yang pesat.
b. Ilmu sejarah
dan geografi yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah
dan riwayat.
c. Ilmu
Pengetahuan bidang bahasa,yaitu segala Ilmu yang mempelajari bahasa,nahwu,saraf,dan
lain-lain.
d. Filsafat
yaitu segala ilmu pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu
mantik,kimia,astronomi,ilmu hitung dan ilmu yang behubungan dengan hal
tersebut, dan ilmu Kedokteran.
Kurikulum pelajaran selanjutnya diatur secara lebih
khsusus pada setiap lembaga khusus pada setiap lembaga pendidikan. Untuk
pendidikan di istana misalnya diajarkan tentang Al-Qur’an, Al-Hadis,
syair-syair yang terhormat riwayat para hukama (filsuf), membaca, menulis,
berhitung, dan ilmu-ilmu umum lainnya.
d.
Pendidik
Pendidik adalah seorang yang tugasnya selain
mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada peserta didik,juga
menumbuhkan,membina,dan mengembangkan bakat minat dan segenap potensi yang
dimiliki peserta didik, sehingga menjadi actual dan terbedayakan secara
optimal. Pendidik pada zaman Bani Umayyah di sesuaikan dengan tugas dan
fungsinya pada lembaga pendidikan sebagaimana disebutkan diatas, yaitu ada
pendidik yang bertugas di istana, dan ada pula pendidik yang bertugas di
badiah, perpustakaan, dan al-Bimaristan.
Pendidik di istana adalah orang-orang yang memiliki
berbagai keahlian, yakni pendidik ilmu agama (Al-qur’an,Al-hadis,dan fikih)
yang terdiri dari para ulama pendidik ilmu bahasa dan sastra yang terdiri dari
para ahli bahasa, dan pendidik bidang ketrampilan. Pendidik di badiah adalah
para ahli bahasa dan sastra, adapun pendidik di perpustakaan adalah para
penulis buku dan penerjemah. Adapun pendidik di al-Bimaristan adalah para
dokter dan tenaga medis.
e.
Pembiayaan
dan Pengelolaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan di artikan sebagai usaha
menyediakan sumber dana, sistem penelolaan dan penggunaannya untuk berbagai
kegiatan,termasuk pendidikan. Pembiayaan diperlukan untuk mengadakan atau
membeli segala hal yang dibutuhkan untuk pendidikan, seperti membangun gedung
sekolah,ruang belajar mengajar,perpustakaan, gedung laboratorium dan
praktikum,gedung admisntrasi,gedung pimpinan, pengadaan peralatan belajar
mengajar, penggaji guru,dan staf administrasi,pengadaan tulis menulis, kegiatan
promosi,dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pendidikan.Walaupun belum
dijumpai informasi sejarah yang pasti dan meyakinkan tentang biaya yang
dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan pada zaman Bani
Umayyah, namun dipastikan bahwa kegiatan pendidikan yang berlangsung di
istana,badiah,perpustakaan,al-bimaristan,,di samping diselenggarakan di
kuttab,dan mesjid,jelas membutuhkan pembiayaan. Karena tidak mungkin kegiatan
pendidikan tersebut dapat berjalan tanpa pembiayaan.
Para khalifah Bani Umayyah seperti Muawiyah ibn Abi
Sufyan, Abd al-Malik ibn Marwan,al Walid ibn Abd. Al-Malik,Umar ibn Abd,
al-Aziz, dan Hasyim ibn Abd.al-Malik sudah pasti mengeluarkan pembiayaan untuk
pendidikan. Pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan merencakan
(planning), mengorganisasikan (organizing),melaksanakan (actualling), mengawasi
(controlling), membina (supervising), dan menilai (evaluating) hal-hal yang
berkaitan dengan seluruh aspek pendidikan : kurikulum, proses belajar mengajar
hasil pembelajaran, kinerja para guru dan staf, pelayanan administrasi
pendidikan,dan respon masyrakat merupakan sesuatu yang dinamis dan mudah
pengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan.
Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pada berbagai
lembaga pendidikan di zaman Bani Umayyah sebagaimana tersebut diatas, sudah
pasti memerlukan pengelolaan. Berdasarkan informasi sejarah bahwa pengelolaan
kegiatan pendidikan pada zaman Bani Umayyah di lakuka secara desentralisasi
yakni pemerintah menyerahkan pengelolaan pendidikan kepada kebijakan
masing-masing gubernur di provinsi.
Adapun pemerintah pusat hanya menetapkan kebijakan
yang bersifat umum saja, misalnya kebijakan tentang peerlunya program Arabisasi
di zaman khalifah Abd.al-malik ibn Marwan. Melaksanakan program ini
masing-masing provinsi menyelenggrakan program tersebut sesuai dengan
kebijakannya.
f.
Lulusan
Lulusan pendidikan dapat diartikan mereka yang telah
tamat mengikuti pendidikan pada jenjang tertentu yang selanjutnya mendapat
gelar atau sebutan yang menunjukkan keahliannya, dan memiliki otoritas atau
kepercayaan untuk mengajarkan ilmunya. Para lulusan pendidikan di zaman Bani
Umayyah ini terdiri dari para tabi’in, yaitu mereka yang hidup berguru kepada
para sahabat Nabi, atau generasi kedua setelah sahabat.
Dengan demikian hubungan mereka dengan Rasulullah
terletak pada hubungan mission,gagasan,cita-cita,dan semangat,
dan bukan pada hubungan persahabatan atau perkawanan. Di antara para tabi’in
tersebut walaupun tidak sempat berjumpa dan berguru dengan Nabi Muhammad SAW,
namun visi,misi,dan tujuan perjuangannya tidak berbeda dengan yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Saw, bahkan diantara para tabi’in tersebut ada yang masih
memiliki keturunan dengan Nabi Muhammad Saw.
Para lulusan pendidikan tersebut sesuai dengan jenjang
dan jenis pendidikan yang mereka ikuti. Ada yang merupakan lulusan dari
pendidikan istana, badiah,perpustakaan,dan rumah sakit, serta ada pula yang
belajar ilmu-ilmu dasar di masjid dan kuttab. Selanjutnya dengan kecerdasan, keseungguhan,ketabahan,
dan keuletannya, ia terus mengembangkan ilmunya secara autodidak untuk
selanjutnya menjadi seorang ahli. Belum ada informasi yang pasti tentang berapa
jumlah lulusan pendidikan zaman Bani Umayyah. Pada bagian ini hanya akan
dikemukakan beberapa orang saja yang namanya sering didengar di kalangan para
sarjana dan para pakar studi Islam. Mereka itu adalah Thawus bin Kaisan (ahli
Ibadah atau zahid), al-Hasan al-Bashri (ahli fiqih dan ahli tasawuf yang kuat
hafalannya), Muhammad bin Sirin (ahli Fiqih dan perawi hadis), al-Imam al-Zuhri
(ahli Hadis dan hafidz), al-Imam Abu Hanifah (ahli Fiqih) Abdurrahman bin Amr
al-Auza’I (ahli fiqih), Sufyan al-Tsauri (ahli Hadis) Malik bin Anas (ahli
hadis dan fikqih), Waqi’ bin al-jarrah (ahli fiqih), yahya bin said
al-Qaththani (ahli Hadis),Muhammad bin Idris al-syafi’I (ahli fiqih), Yahya bin
Ma;in (ahli hadis) dan Ahmad bin Hambal (ahli Hadis dan fiqih).
Faktor
pendukung dan penghambat pendidikan Bani Umayah
Dalam perjalanan setiap pemerintahan sudah sangat
lazim tentu ada beberapa faktor sebagai pendukung dan tentunya ada faktor yang
menjadi penghambat jalannya sebuah pemerintahan tersebut. Dalam bidang
pendidikan di masa pemerintahan bani Umayah dapat di klasifikasikan dalam dua
ranah yakni :
1. Faktor
Pendukung
Hampir di pastikan bahwa pendidikan di zaman Bani
umayyah sudah lebih berkembang dibandingkan dengan zaman khulafaurrasyidin,
perkembangan pendidikan tersebut yang paling menonjol yakni pada aspek
kelembagaan dan ilmu pengetahuan yang di ajarkan. Sebelum timbulnya sekolah dan
universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam
dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan sejak di zaman Bani
Umayah sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan di atas. Dalam
perkembangan lembaga-lembaga tersebut maka diantara faktor pendukung pendidikan
di zaman bani Umayyah yakni :
1. Kuttab sebagai lembaga pendidikan
dasar
2. Pendidikan rendah di istana bagi
anak-anak pejabat
3. Majlis sastra
4. Badi’ah sebagai tempat khusus
belajar Bahasa Arab
5. Perpustakaan
6. Rumah sakit sebagai tempat praktik
calon dokter
7. Masjid selain tempat Ibadah juga
pusat komunikasi pengetahuan bagi umat Islam di waktu masa tersebut.
8. Pendidik
2.
Faktor
Penghambat
Dalam perjalanan pendidikandi zaman
Bani Umayyah meskipun telah melembaga sebagaimana disebutkan diatas, akan
tetapi sistemnya masih bersifat sederhana dan konvensional dan belum dapat di
samakan dengan pendidikan yang berkembang saat ini. Kemudian menyangkut faktor
penghambat dalam sistem pendidikan Bani Umayyah salah satu yang paling menonjol
adalah faktor situasi politik dan sosial yang terjadi di zaman Bani Umayyah.
Sebagaimana di sebutkan sejak awal dalam makalah ini bahwa proses menjadiny
kepemimpinan Bani Umayyah adalah sangat sarat dengan politik yang bisa
dikatakan high politic di masa itu. Kemudian dalam pergantian khalifah
ke khalifah adalah dengan lingkaran oligarki keluarga dalam dinasty tersebut.
Pendidikan di zaman bani umayyah
dalam perkembangannya terhambat juga dengan perpolitikan di masa itu. Secara
politik masa Bani Umayyah berlangsung kurang lebih selama 90 Tahun dan pada
masa itu dibalik perkembangan pendidikan yang di sebutkan dalam pembahasan
diatas, namun ada yang lebih fokus di bandingkan perhatian dalam dunia
pendidikan yang di lakukan oleh Bani Umayyah yakni perluasan wilayah dan
meredam berbagai macam gejolak pemberontakan yang di lakukan oleh orang-orang
yang berlawanan politik dengan pemerintah Bani Umayyah. Sehingga dengan
berbagai macam pemberontakan-pemberontakan yang terjadi maka secara otomatis
menghambat dalam proses perkembangan pendidikan di zaman pemerintahan Bani
Umayyah.
V.
Korelasi
Pendidikan dimasa Bani Umayah dengan kondisi pendidikan saat sekarang.
Pertumbuhan
dan perkembangan dunia pendidikan di abad pertengahan yakni sejak pasca
khulafaurrasyidin tentunya mengalami berbagai macam dinamika perubahan yang
sangat pesat. Sejak awal mula pembahasan dalam makalah ini telah di kemukakan
sistem pendidikan di zaman daulah Bani umayyah. Secara eksplisit Korelasi
konsep pendidikan Bani Umayyah tentunya tidak dijelaskan dalam makalah
ini namun dapat dilihat dan diketahui bahwa ada singkroniasi pendidikan di
zaman Bani Umayyah dengan konteks sekarang ini. Adapun Korelasi konsep
pendidikan Bani umayyah dengan saat ini menurut penulis saat adalah
sebagai berikut :
1. Visi,Misi,Tujuan
Pendidikan.
Pendidikan
di zaman Bani Umayyah sebagaimana disebutkan diatas dalam kebijakannya jelas
mempunyai visi, misi dan tujuan pendidikan, walaupun tidak dipaparkan lebih
formal seperti sekarang ini lewat spanduk,media elektronik atupun yang lainnya,
namun dalam konteks kebijakan pendidikan Bani Umayyah memilki visi maupun
misi serta tujuan yang salah satunya yakni menyelenggarakan pendidikan agama
maupun umum secara seimbang. Pendidikan agama yakni dengan penyelenggaraan
pendidikan agama dikhuttab,mesjid,istana dll, kemudian pendidikan umum yakni
dengan memerintahkan penterjamahan ilmu-ilmu diluar Islam kedalam bahasa arab
hingga dapat dipelajari oleh umat dizaman itu.
Korelasi dengan zaman sekarang ini yakni Pendidikan juga di arahkan dalam
penguasaan dua hal yakni pendidikan yang bersifat agama dan umum. Peserta didik
sekarang tidak hanya diarahkan untuk menguasai pendidikan agama akan tetapi
diarahkan juga dengan pendidikan umum lebih khusus dalam penguasaan ilmu
tekhnologi yang berkembang saat ini. Sehingga saat ini dapat kita lihat
berbagai macam terobosan pendidikan Islam dengan berdirinya pendidikan Islam
yang modern,atau pesantren modern yang tidak hanya menguasai pengetahuan agama
akan tetapi menguasai pendidikan umum.
2. Kurikulum
Pendidikan.
Dalam
pengembangan sistem pengajaran di zaman Bani Umayyah tentunya memiliki juga
perencaan pengajaran yang dikembangkan, diantara pengembangan kurikulum
pengembangan yang diterapkan di zaman Bani Umayyah yakni Ilmu Hadits,Ilmu
sejarah dan geografi, Ilmu Pengetahuan bahasa dan kedokteran. Pendididikan
sekarang ini tentunya sangat jelas juga dalam pengembangan kurikulumnya,
singkonisasinya adalah pendidikan zaman Bani Umayyah dan saat ini sudah
sama-sama memakai kurikulum dalam pengembangan pendidikan perbedaannya hanya
pada tingkatan formal seperti saat ini. Pendidikan di zaman sekarang sudah
banyak memakai variasi kurikulum, Misalnya di Indonesia kurikulum KBK,KTSP,dan
sistem pendidikan berbasis karakter dengan fokus pada akhlak peserta didik.
Pendidikan dalam pemerintahan Bani Umayah kurikulum dalam pengajarannya kepada
peserta didik adalah pada pengajaran akhlak juga,dengan materi-materi
agama,hafalan Qur;an,dan baca tulis Qur’an di khuttab.
3. Pendidik
Sebagaimana dengan kondisi
sekarang ini pendidik merupakan salah satu kunci juga dalam pengembangan
pendidikan. Sehingga para pendidik saat ini benar-benar di perhatikan dan
secara real bagaimana pemerintah saat ini menerapkan berbagai macam upaya
program dalam rangka perhatian dalam pendidikan itu sendiri. Salah satu
program yakni dengan menerapkan proses sertifikasi guru atau pendidikan latihan
profesi guru (PLPG) hal ini dilakukan agar seorang guru mengajar sesuai dengan
profesi mata pelajaran yang ia kuasai.
Keterkaitanya menurut penulis dengan pendidikan di
zaman Bani Umayah dapat dilihat dengan kebijakan pemerintah Bani umayyah bagi
pendidik dengan di sesuaikan tugas dan fungsinya pada lembaga pendidikan masa
itu, yakni ada pendidik yang bertugas di istana,ada pula pendidik yang bertugas
di badi;ah,perpustakaan dan al-Bimarsitan. Pendidik di Istana adalah
mereka yang memiliki keahlian agama,terdiri dari ulama,pendidik ilmu bahasa
adalah para ahli sastta dan bahasa, di perpustakaan adalah para penulis,dan
penerjemah,sedangkan para pendidik di al-Bimaristan adalah para dokter
dan tenaga medis.
4. Pembiayaan
Menyangkut pembiayaan dalam pendidikan jika ditarik
pada konteks sekarang ini tentunya dapat langsung kita simpulkan tentunya
menyangkut dengan anggran pendidikan itu sendiri. Di hubungkan dengan faktor
anggaran maka bila mengambil konteks Indonesia maka sesuai dengan anggaran yang
ditetapkan pemerintah oleh pemerintah bahwa anggaran pendidikan kita sebesar 20
% dari APBN dan APBD. Maka ketika di singkronkan dengan pembiayaan di zaman
Bani Umayyah tentunya sangat berbeda dalam penetapan maupun penerapannya. Hanya
dalam kebijakan Bani Umayyah dalam pendidikan jelas mengeluarkan pembiayaan
pendidikan, meskipun penentuan berapa jumlah anggaran tersebut tidak
ditetapkan. Namun pembiayaan pendidikan dapat dilihat dengan berdirinya lembaga
atau sarana prasarana yang didirikan oleh Pemerintahan Bani Umayyah waktu itu
dalam perhatian dan pengembangan dunia Pendidikan, mulai dari pendirian lembaga
khuttab,gedung sastra dan bahasa, rumah sakit untuk praktikum calon dokter,
serta perpustakaan.
Dari beberapa Korelasi diatas ada hal yang urgen dan
menarik dalam pengembangan pendidikan agama dan umum sebagaimana misi dari
pendidikan Bani Umayyah yakni keseimbangan antara pendidikan agama dan umum.
Walaupun keseimbangan pengembangan pendidikan agama dan umum di zaman Bani
umayyah tidak semodern dalam konteks saat ini, namun hal tersebut patut juga
untuk menjadi perhatian bahwa di zaman tersebut sudah memulai dan memikirkan
konsep pendidikan tersebut. Dan dalam realitas sekarang ini hal yang menjadi urgensial
untuk menjadi fokus saat ini yakni arah tujuan pendidikan itu sendiri
baik pendidikan agama maupun pendidikan umum.
Meminjam konsep Pendidikan Muhammad Abduh dalam tujuan
yakni pendidikan mendidik akal dan jiwa dan menyampaikannya pada batas-batas kemungkinan
seseorang mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan yang
dirumuskan Abduh tersebut mencakup aspek akal dan spiritual. Dengan tujuan
tersebut ia menginginkan terbentuknya pribadi yang mempunyai struktur jiwa yang
seimbang,yang tidak hanya menekankan pengembangan akal,tetapi juga pengembangan
spiritual. Abduh berkeyakinan bahwa aspek akal dan spiritual dididik dengan
dicerdaskan oleh agama, umat Islam akan dapat bersaing dengan Ilmu pengetahuan
baru dan dapat mengimbangi mereka dalam kebudayaan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Periodisasi pendidikan islam dibagi menjadi 5
periode, yaitu:
1.
Periode pembinaan
pendidikan islam
2.
Periode
pertumbuhan pendidikan islam
3.
Periode kejayaan pendidikan islam
4.
Periode kemunduran pendidikan islam
5.
Periode pembaharuan pendidikan islam
Prof. Dr. Harun Nasution secara garis membagi
sejarah islam kedalam tiga periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan
modern.
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan
bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
v masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M), ada dua masa yaitu sewaktu Rasulullah di Mekah dan di Madinah
v masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M), Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan
Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain
yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
v masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M), visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum
sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam.
v masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)
v masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang.
B.
SARAN
Demikianlah
makalah tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, bila
kesalahan dalam
penulisan makalah ini kami mohon maaf. Selanjutnya kritik
dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dudung
Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam,2010. Jakarta: Rajawali Pers
2. Fahidin, Fuad
Muhammad, Perkembangan Kebudayaan Islam, 1985. Jakarta: Bulan
Bintang
3. Zuhairini
dkk, Sejarah Pendidikan Islam, 1995, Jakarta: Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mudah-mudahan bermanfaat