STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE
Oleh Ririn Ayu Rizki
A. Pendahuluan
Pendidikan
adalah sebuah proses memberikan lingkungan agar peserta didik dapat
berinteraksi dengan lingkungan untuk mengembangkan kemampuan yang ada
pada dirinya. Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan kognitif yakni
mengasah pengetahuan, kemampuan afektif mengasah kepekaan perasaan, dan
kemampuan psikomotorik yakni keterampilan melakukan sesuatu. Dengan tiga
kemampuan ini menurut Binyamin S.Bloom (1956) seorang peserta didik
diharapkan dapat dilepas menjadi individu yang siap memasuki dunia di
luar sekolah.
Akan
tetapi kenyataan yang terjadi kini, kemampuan seseorang di luar sekolah
sangat kompleks. Kemampuan kemampuan tersebut disamping kemampuan yang
ada pada dirinya secara internal juga kemampuan yang ada di luar dirinya
secara eksternal. Sebagai contoh kemampuan seorang individu untuk
melakukan kerjasama dengan orang lain berpartisipasi dalam satu kelompok
kini menjadi bagian penting bila individu ingin sukses meraih apa yang
ia inginkan. Ini artinya bahwa kemampuan kemampuan yang dibatasi selama
ini sudah saatnya dirubah dan dikembangkan sesuai dengan tuntutan dunia
luar sekolah.
Dalam
hal mengakomodir berbagai kemampuan pada seorang peserta didik,
kemampuan ganda atau multiple intelligence adalah satu bagian penting
yang harus diperkenalkan. Artinya peserta didik sejak dini sudah harus
diberi wawasan, kegiatan, orientasi yang merupakan bentuk lingkungan
agar mereka dapat mengembangkan diri sesuai dengan nilai nilai yang ada
di luar sekolah. Ini maksudnya adalah memperkenalkan mutiple
intelligence dalam kegiatan pembelajaran harus dilakukan, dan tentunya
memerlukan satu pembahasan yang baik. Pembahasan
dimaksudkan untuk memberikan satu penjelasan, dimana multiple
intelligence adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran siswa di kelas, di luar kelas yang secara keseluruhan
adalah bagian dari tanggungjawab guru.
B. Teori Teori Intelligence
Inteligensi
terkait erat dengan tingkat kemampuan seseorang menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, baik itu kemampuan secara fisik maupun non fisik.
Banyak hal yang telah diteliti orang tentang kemampuan ini, sehingga
melahirkan rumus tetang bagaimana mengukur tingkat inteligensi
seseorang. Uraian tentang inteligensi akan dijabarkan dalam dua pokok
bahasan yakni; pengertian intelegensi dan tingkahlaku inteligensi.
1. Arti Intelgensi
Banyak
defenisi yang dikemukakan para ahli tentang inteligensi, kadangkala
pengertian pengertian yang mereka bangun berdasarkan hasil penelitian
atau pendekatan yang dilakukan. Menurut William Stern inteligensi adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru dengan
menggunakan alat alat berfikir yang sesuai dengan tujuan. (Agus
Sujanto;1986,66).
Sementara
itu penelitian yang berkenaan dengan inteligensi dilakukan oleh para
ahli selalu dikaitkan dengan masalah masalah konsep tentang berbagai hal
yang menyangkut perilaku kemampuan berfikir seseorang. Banyaknya lahir
konsep tentang inteligensi ini digolongkan menjadi lima golongan yakni:
a. Konsepsi konsepsi yang bersifat spekulatif
b. Konsepsi konsepsi yang bersifat pragmatis
c. Konsepsi konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor yang kiranya dapat kita sebut konsepsi konsepsi faktor
d. Konsepsi konsepsi yang bersifat operasional, dan
e. Konsepsi
konsepsi yang didasarkan atas analisis fungsional, yang kiranya dapat
kita sebut konsepsi fungsional. (Sumadi Suyabrata:1989,128)
Dalam
pada itu konsepsi tentang inteligensi ini berkembang terus sehingga
banyak mendapat dan dalili dalil yang menjadi temuan dan pedoman bagi
para ahli untuk mengembangkannya lebih jauh.
Sebagai pembahasan perbincangan tentang inteligensi harus didasarkan pada empat hal pokok yakni:
a. Bahwa inteligensi itu ialah faktor total.
Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan,
fantasi, perasaan, perhatian, minat, dan sebagainya untuk mempengaruhi
inteligensi seseorang).
b. Bahwa
manusia hanya dapat mengetahui inteligensi dari tingkah laku atau
perbuatannya yang tampak. Inteligensi hanya dapat kita ketahui dengan
cara tidak langsung, melalui “kelakuan inteligensinya”.
c. Bahwa bagi suatu perbuatan inteligensi bukan hanya kemampuan yang dibawa lahir saja yang penting. Faktor faktor lingkungan dan pendidikanpun memegang peranan.
d. Bahwa
manusia dalam kehidupannya senantiasa dapat menentukan tujuan tujuan
yang baru, dapat memikirkan dan menggunakan cara cara untuk mewujudkan
dan mencapai tujuan itu/ (M.Ngalim Purwanto:1987,53).
Perkembangan
dan pertumbuhan inteligensi dalam diri seseorang berirama sesuai dengan
gejala pertumbuhan dan perkembangan yang ia alami. Namun demikian
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi inteligensi ini yakni:
a. Perbawaan, ialah gejala kesanggupan kita yang telah kita bawa sejak lahir, dan yang tidak sama pada setiap orang.
b. Kemasakan, ialah saat munculnya sesuatu daya jiwa kita yang kemudian berkembangan dan mencapai saat puncaknya.
c. Pembentukan, ialah segala faktor luar yang mempengaruhi inteligensi dimasa perkembangannya dan,
d. Minat, inilah yang merupakan motor penggerak dari inteligensi kita. (Agus Sujanto:1985,66).
Tentunya pengertian dan pembatasan inteligensi tidak berhenti
sampai disini, para ahli terus berusaha menyempurnakan sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan zaman dan perobahan yang ada pada struktur
aturan kegiatan keilmuan itu sendiri.
2. Perkembangan dan Pengukuran Inteligensi
Kemampuan
yang dapat diperoleh dari inteligensi ini adalah dapat diketahui dengan
cara menggunakan tes inteligensi. Tes ini dirancang sedemikian rupa
sehingga menyerupai satu paket alat ukur terpadu untuk melihat tingkat
kemampuan yang ada pada diri seorang individu.
Sejak
awal disadari bahwa tes untuk mengukur kemampuan inteligensi seseorang
adalah tidak ada yang sempurna sama sekali. Dalam hal ini diketahui
bahwa ebilitas mental yang sangat kompleks menjadikan pengukuran hanya
sebatas disusun, dibentuk dan dilengkapi. Untuk itulah maka ditegaskan
sekali lagi bahwa; macam macam test ebilitas mental. Tes inteligensi
dapat diklasifikasikan menjadi:(a) Individual atau kelompok, (b) Bahasa
atau verbal, bukan bahasa atau non verbal atau perbuatan, dan (c) Mudah
atau lebih sukar, disesuaikan dengan umur atau tingkat tingkat sekolah.
(Lester D.Crow:1984,228).
Beberapa
ahli yang telah merancang dan mengembangkan tes ukur inteligensi ini
sampai kini sebagian darinya tetap digunakan oleh pada pendidik, namun
sebagian ditinggalkan. Beberapa model tes yang pernah dikembangkan
tersebut adalah:
1. Tes Wechsler
Tes
inteligensi ini adalah dibuat oleh Wachsler Bellevue pada tahun 1939
terdiri dari dua macam yakni; untuk umur 16 tahun keatas disebut dengan
Adult Inteligence Scale (WAIS) dan tes untuk anak anak yaitu Wechslr
Intelegence Scale for Children (WISC).
Tes
yang dikembangkan ini meliputi dua sub yaitu verbal dan performance
(tes lisan dan perbuatan atau keterampilan). Tes lisan meliputi
pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, menari kesamaan, hitungan dan
bahasa. Sedangkan tes keterampilan kegiatan seperti;menyusun gambar,
melengkapi gambar, menyusun balok balok kecil, menyusun bentuk gambar
dan sandi (kode angka angka).
2. Tes Progressive Matrices
Tes
inteligensi ini diciptakan oleh L.S. Penrose dan J. C. Lave dari
Inggris pada tahun 1938. dimana dengan tes ini dapat diberikan secara
kelompok orang sekaligus untuk diukur atau diketahui tingkai
inteligensinya.
3. Tes Army Alpha dan Beta
Tes
inteligensi yang ini digunakan untuk mentes calon calon tentara di
Amerika Serikat. Dimana tes army alpha khusus untuk calon tentara yang
pandai membaca sedang army beta untuk calon yang tidak pandai membaca.
Tes ini diciptakan awalnya untuk memenuhi keperluan yang mendesak dengan
menseleksi calon tentara waktu perang dunia II.
4. Tes Binet-Simon
Tes
inteligensi ini adalah tes psikologi yang pertama sekali diciptakan
oleh Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1908 di Perancis.
Awalnya tes ini dipersiapkan untuk mengukur tingkat kemampuan
inteligensi anak anak, namun dalam perkembangannya mendapat sambutan
yang baik, sehimngga disempurnakan menjadi lebih lengkap kemudian dapat
digunakan untuk orang dewasa.
Beberapa
ahli yang sempat merevisi dan menyempurnakan tes Binet-Simon ini adalah
(a) Kuhman tahun 1912 dan 1922, (b) Lewis Terman dan Stanfor University
tahun 1916, (c) Mordan tahun 1932, dan (d) David Merril tahun 1937.
(Ahmad Mudzakir:1997,140).
Dalam
pada itu suatu konsepsi yang orisinal, yang kemudian ternyata sangat
berguna dan sangat baik diikuri orang lain ialah konsepsi tetang adanya
umur yang dua macam yaitu: (a) Umur kalender atau umur kronologis
(Cronological age yang biasa disingkat dengan CA), dan (b) Umur
kecerdasan atau umur inteligensi (mental age, yang biasa disingkat
dengan MA). (Sumadi Suryabrata:1989,154).
C. Multiple Intelligene
Goelman mengemukakan, bahwa kehidupan mental manusia dibentuk dari dua
pikiran yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional yang bekerja dalam
keselarasan yang erat, dan saling melengkapi. (Goleman, 2001,11-12).
Kecerdasan pikiran rasional diukur dengan IQ (intelligence Question).
Test IQ digunakan sebagai dasar meramalkan kemampuan bidang karir
akademik.
Selama
ini IQ diyakini sebagai satu satunya faktor yang menentukan kesuksesan
seseorang. Penyelidikan ilmiah pertama yang pernah dilakukan
membandingkan kecerdasan emosional (emotional intelligence) dengan
cognitive inteligence (IQ), dilakukan dengan cara mengukur prestasi
kerja menggunakan Baron Emotional Questient Inventory (EQ-i).
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa cognitive intelligence (IQ)
mempengaruhi sekitar 1% performance kerja aktual. EI (emotional
intelligence) mempengaruhi sebesar 27 % dan 72 % lainnya dipengaruhi
oleh hal hal lain. (Multi-Health Systems Inc, 1998,2-3). Stein dan Book
menyatakan bahwa IQ dapat digunakan untuk mempekirakan sekitar 1-20 %
(rata-rata 6 %) keberhasilan dalam pekerjaan tertentu. EQ di sisi lain
ternyata berperan sebesar 27-45 %, dan berperan langsung dalam
keberhasilan pekerjaan tergantung pada jenis pekerjaan yang diteliti.
(Stein dan Book, 2000,34).
Pandangan terhadap kegandaan (multiple) kecerdasan dipelopori oleh Gardner. Siapa
sebenarnya Gadner itu? Dalam sebuah tulisan di Ensyclopedia Encarta
disebutkan; American psychologist Howard Gardner originated the theory
of multiple intelligences. Gardner’s
theory sought to broaden the range of human abilities that should be
considered aspects of intelligence.Woodfin Camp and Associates,
Inc./Paula Lerner © 1993-2003 Microsoft Corporation. All rights
reserved.
Gadner
seorang tokoh muda dalam biang psikologi di Amerika telah memberikan
banyak sumbangan terhadap psikologi khususnya tentang pengukuran
psikologi anak. Hal ini tanpak sebagaimana ditulis oleh beberapa ahli
tentang perkembangan pemikiran yang menyangkut tentang intelligence
seperti kutipan berikut:
Gardner’s
theory found rapid acceptance among educators because it suggests a
wider goal than traditional education has adopted. Critics of the
multiple intelligences theory have several objections. First, they argue
that Gardner
based his ideas more on reasoning and intuition than on empirical
studies. They note that there are no tests available to identify or
measure the specific intelligences and that the theory largely ignores
decades of research that show a tendency for different abilities to
correlate—evidence of a general intelligence factor. In addition,
critics argue that some of the intelligences Gardner
identified, such as musical intelligence and bodily-kinesthetic
intelligence, should be regarded simply as talents because they are not
usually required to adapt to life demands. © 1993-2003 Microsoft
Corporation. All rights reserved
Kutipan
di atas, cukup memberikan informasi bahwa berbagai teori tentang
pengukuran inteligensi selama ini banyak memiliki kelemahan disatu sisi,
sementara anatomi manusia semakin kompleks. Dibutuhkan berbagai
pendekatan untuk melihat dasar kemampuan, bakat dan kemauan serta
stabilitas seseorang, untuk itulah Gadner mencoba memberikan tawaran
bagaimana pengukuran kemampuan manusia secara lebih lengkap.
Gardner
yang terkenal dengan multiple intelligence tidak memandang kecerdasan
manusia sema berdasar secor tes standar, tetapi meliputi tujuh macam
kecerdasan manusia yaitu: (1) Linguistik intelligence (kecerdasan
lnguistik); (2) Logical-mathematical intelligence (kecerdasan
logika-matematika); (3) Spatial intelligence (kecerdasan spasial
berpikir dalam tiga dimensi); (4) Bodily-kinesthetic intelligence
(kecerdasan kinestetik-tubuh); (5) Musical intelligence (kecerdasan
musik); (6) Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal); dan
(7) Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) (Campbell,
Campbell dan Dickinson, 2002,2-3). Pemikiran Gardner tentang multiple
intelligence mengenai kecerdasan inerpersonal di atas ditempatkan oleh
Salovey dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional. (Goleman,
2001,57-59).
Ketujuh
kecerdasan ini, kini banyak dikembangkan baik dalam pendidikan maupun
pelatihan, serta pengembangan sumber daya manusia. Bagaimana sebenarnya
pengembangan ketujuh kecerdasan terkait dengan pilihan profesi yang
dapat diberikan pada kegiatan pembelajaran, hal ini dapat dilihat
sebagaimana uraian tabel berikut dibawah ini.
Tabel Pengembangan Multiple Intelligence
No | Kecerdasan | Pengertian | Aktualisasi |
1 | Linguistic intelligence (kecerdasan lingkuistik) | Kemampuan dalam bentuk berfikir tentang kata kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. | Novelis, pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, penyiar berita |
2 | Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) | Kemampuan dalam menghitung, mengukur, mempertimbangkan proposisi dan hipotesis serta menyelesaikan masalah operasi matematis. | Ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insiyur, programing komputer |
3 | Spatial intelligence (kecerdasan spasial berpikir dalam tiga dimensi) | Kemampuan berpikir dalam tiga dimensi yakni; membayangkan keadaan internal dan eksternal, melukiskan kembali, merubah atau memodifikasi bayangan, mengemudiakan diri sendiri dan obyek melalui ruangan dan menghasilkan menguraikan informasi grafis | Pilot, pelaut, pemahat, pelukis dan arsitek |
4 | Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh) | Adalah kemampuan menggerakan obyek dan keterampilan ketrampilan fisik yang halus. | Atlet, penari, ahli bedah dan seniman. |
5 | Musical intelligence (kecerdasan musik) | Adalah kemampuan dalam sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme dan nada. | Komposer, konduktor, musisi, kritikus, pembuat alat musik, dan pendengar musik |
6 | Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) | Adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif | Guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses. |
7 | Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal) | Adalah kemampuan untuk membua persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuan semaca itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. | Agamawan, ahli psikologi dan ahli filsafat. |
Diadaptasi dari Gardner 1983.
Namun
demikian Lazear (1998) selangkah lebih maju dimana ia menemukan
kecerdasan jamak dengan istilah “8 ways of knowing”. Kedelapan tersebut
meliputi: (a) kecerdasan verbal/linguistik, (b) kecerdasan logika
matematika, (c) kecerdasan intrapersonal, (d) kecerdasan interpersonal,
(e), kecerdasan naturalis, (f) kecerdasan tubuh kinestetik, (g)
kecerdasan musik irama, dan (h) kecerdasan visual spaial. Dengan
demikian hampir tidak berhenti para ahli untuk meneliti dan
mengembangkan kecerdasan manusia. Oleh sebab itu benar bila dikatakan
bahwa multiple intelligence atau intelligensi jamak merupakan
perkembangan mutakhir dalam bidang intelligensi menjelaskan hal hal yang
berkaitan dengan jalur jalur yang digunakan oleh manusia untuk menjadi
jerdas. (Jamaris,2002:74).
D. Penerapan Multiple Intelligence dalam Pembelajaran
Memperkenalkan
multiple intelligence dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dalam
tiga bentuk utama yakni; orientasi kurikulum, metodologi pengembangan
pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
1. Orientasi Kurikulum
Kompentensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seorang
menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dasar pemikiran untuk menggunakan konsep multiple intelligencei dalam kurikulum adalah sebagai berikut:
1) Multiple intelligence berkenaan dengan kemampuan peserta didik dalam melakukan sesuatu dalam berbagai konteks.
2) Multiple intelligence menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui peserta didik untuk menjadi standart kompentensi.
3) Multiple intelligence merupakan hasil belajar (leraning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan peserta didik setelah melalui proses pembelajaran.
4) Kehandalan
kemampuan peserta didik melakukan sesuatu harus didefinisikan secara
jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja
yang dapat diukur.
5) Penyusunan
standart kompetensi, kompetensi dan hasil belajar hendaknya didasarkan
pada kecerdasan jamak yang ditetapkan secara proporsional, tidak melulu
hanya apsek kognitif atau spritual belaka tetapi seimbang dan tepat
sasaran.
2. Pengembangan Metodologi Pembelajaran
1) Metode
bercerita, adalah salah satu bentuk untuk mengembangkan intelligence
lingusitic, dimana siswa diajak menyenangi dan mencintai bahasa, dimana
siswa dapat menikmati suara dari kata kata, menghargai dan memakai
kekuatan dengan penuh tanggungjawab.
2) Problem
solving: Siswa dihadapkan pada masalah konkret. Misalnya adanya
perkelahian antar pelajar, sering terlabat sekolah, prestasi kelas
merosot, komunikasi dengan guru kurang lancar. Siswa diajak untuk
memikirkan bersama, mendiskusikan bersama, dan memecahkan masalah secara
bersama-sama. Metode ini dapat mengasah kecerdasan interpersonal
3) Reflective
thinking/critical thinking, siswa secara pribaddi atau berkelompok
dihadapkan pada suatu artikel, peristiwa, kasus, gambar, foto, dan lain
sebagainya. Siswa diajak untuk membuat catatan refleksi atau tanggapan
bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan bisa diplih sendiri oleh siswa. Cara
ini dapat mengembangkan kecerdasan bodily kenisthetic, juga inteersonal
intligence.
4) Group
dynamic, siswa dibimbing untuk kerja kelompok secara kontinyu dalam
mengerjakan suatu proyek tertentu. Metode ini dapat diterapkan untuk
mengembangkan kecerdasan logical mathematical, dan kecerdasan
interpersonal.
5) Community
bulding, siswa satu kelas diajak untuk membangun komunitas atau
masyarakat mini dengan aturan, tugas, hak, dan kewajiban yang mereka
atur sendiri secara demokratis. Cara ini dapat dikembangkan untuk
membangun kecerdasan intrapersonal.
6) Responsibility
building, siswa diberi tugas yang konkret dan diminta membuat laporan
pertanggungjawaban secara jujur. Cara ini juga dapat dikembangkan untuk
membangun kecerdasan intapersonal.
7) Picnic,
siswa merancang kegiatan santai di luar sekolah, tidak harus ke tempat
jauh dan biaya mahal. Untuk menggali nilai-nilai social, spritual,
keindahan, dsb. Ini adalah cara yang tepat untuk mengembangkan
kecerdasan spatial, dan kecerdasan musical.
8) Camping
study, siswa di ajak melakukan kegiatan kamping dalam rangka belajar.
Kegiatan ini juga tidak harus jauh, bisa di halaman sekolah. Seperti hal
di atas, ini dapat diterapkan guru untuk membangun kecerdasan spatial,
juga intrapersonal.
9) Kerja
individu dan kelompok, proses pembelajaran pada intinya adalah
pemberian layanan kepada setiap individu siswa agar mereka berkembang
segara maksimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Pelayanan
secara individual bukan berarti mengajari anak satu persatu secara
bergantian, melainkan dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
setiap individu untuk memperoleh pengalaman belajar sebanyak-banyaknya.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengaktifkan siswa baik secara individu
maupun beregu. Satu dari cara yang paling biasa untuk mendorong
kerja-regu adalah meminta siswa-siswa untuk bekerja dalam suatu regu
atau kelompok untuk mencari jawaban-jawaban pada pertanyaan-pertanyaan,
untuk memecahkan suatu masalah, untuk melaksanakan suatu eksperimen atau
meneliti suatu topik proyek. Namun, guru harus berhati-hati agar
harapan akan kerjasama, toleransi, semangat regu dan pengertian tentang
hakikat pekerjaan hendaklah realistis mengingat ketrampilan dan
pengalaman siswa-siswa. Cara cara seperti di atas dapat dikembangkan
oleh guru untuk membangun kecerdasan siswa dalam bidang interpersonal,
juga kecerdasan bodlily kinesthetic.
10) Membedakan
antara aktif fisik dan aktif mental, banyak guru yang sudah merasa puas
bila menyaksikan para siswa kelihatan sibuk bekerja dan bergerak.
Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling
berhadapan. Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM.
Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut: takut ditertawakan, takut disepelekan,
atau takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya
menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru
itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat
bertentangan dengan ‘PAKEM’. Cara seperti ini dapat mengembangkan
berbagai kecerdasan seperti kecerdasan lingustic, kecerdasan bodily
kinethetic, dan bahkan kecerdasan interpersonal.
11) Pertanyaan
efektif, jika siswa diminta untuk mengerti dan bukan sekedar mengingat
informasi yang ditemukannya di dalam buku pelajaran, bahan rujukan, surat
kabar dan sebagainya, maka mereka haruslah aktif mengumpulkan
informasi. Pengajuan suatu pertanyaan menggunakan kata-kata dan ungkapan
yang tidak mudah ditemukan di dalam teks atau naskah. Sehingga
mendorong siswa berpikir dan berpendaat tidak hanya untuk menyalin jawaban. Ketrampilan ini sangat tepat bila digunakan guru untuk mengasah kecerdasan linguistic.
12) Membandingkan
dan mensintesiskan informasi, Pemahaman informasi yang dikumpulkan dari
sumberdaya dapat ditingkatkan jika siswa-siswa bekerja dalam kelompok
dan setiap anggota kelompok diberi sumber data yang berbeda untuk
digunakan dalam mencari jawaban atas pertanyaan yang sama. Dengan
demikian, siswa-siswa harus membandingkan dan mendiskusikan
jawaban-jawaban yang sudah mereka tuliskan, sehingga, sebagai hasilnya,
mereka akan mampu memberi satu jawaban yang memuaskan. Ini sering
merupakan strategi yang efektif untuk dipakai oleh kelompok-kelompok
pakar ketika pendekatan (jigsaw) terhadap proyek penelitian digunakan.
Cara ini juga dapat dikembangkan untuk melatih anak dalam hal kecerdasan
linguistic dan juga kecerdasan logical mathematical.
13) Mengamati
(mengawasi) aktif, Sering siswa-siswa tidak berpikir dan belajar aktif
pada waktu menonton video. Beberapa orang guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada siswa-siswa untuk dijawab pada waktu mereka
menonton video. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu disajikan dengan
susunan dimana jawaban-jawaban akan muncul didalam video dan
ungkapan-ungkapan kunci didalam pertanyaan-pertanyaan juga terjadi
didalam video, sehingga menunjuk pada jawaban. Pertanyaan-pertanyaan
seperti itu mudah dijawab dan jarang menuntut keterlibatan aktif. Cara
ini dapat digunakan guru untuk melatih anak mengemangkan kecerdasan
linguistic, kecerdasan musical.
14) Peta
akibat, metode ini dapat digunakan sebelum atau sesudah siswa-siswa
mempelajari sesuatu topik. Hal itu dapat digunakan untuk menemukan
seberapa tuntas siswa-siswa dalam memikirkan sesuatu isu atau peristiwa,
atau dapat digunakan untuk menemukan apakah mereka sudah mampu
menerapkan informasi yang sudah dipelajarinya dalam menganalisis situasi
baru. Siswa-siswa diminta untuk mempertimbangkan semua hasil atau
akibat yang mungkin dari suatu tindakan atau perubahan dan kemudian
hasil-hasil dan akibat-akibat sesudah itu. Mereka juga didorong untuk
berpikir tentang akibat-akibat positif dan negatif. Cara ini juga dapat
digunakan guru untuk melatih anak anak dalam mengembangkan kecerdasan
linguistic.
15) Keuntungan
dan kerugian, suatu tugas analisis yang kurang rumit dapat melibatkan
siswa-siswa untuk memeriksa informasi yang mereka temukan tentang
keputusan, sikap atau tindakan yang kotroversial (menjadi sengketa).
Siswa-siswa bekerja sebagai satu kelas keseluruhan atau dalam
kelompok-kelompok untuk menggolong-golongkan informasi yang mereka
kumpulkan apakah untung atau rugi bagi mereka sendiri, keluarganya, desa
atau masyarakat umumnya. Sesudah klasifikasi atas keuntungan dan
kerugian sudah dirampungkan, siswa-siswa dapat diminta untuk memutuskan.
Ini adalah salah satu cara guru untuk mengembangkan kecerdasan logical
mathematical.
16) Permainan
peranan/ konferensi meja bundar, strategi-strategi ini meliputi
permainan peranan atau advokasi untuk kepentingan kelompok komunitas
tertentu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu siswa-siswa mengenali bahwa
biasanya terdapat suatu rentang sudut pandang mengenai sesuatu isu dan
suatu rentang cara menafsirkan informasi tentang isu itu.
Pandangan-pandangan ini biasanya ditentukan oleh pengalaman, harapan dan
cita-cita, nilai pendidikan, gaya
hidup dan peranan di dalam masyarakat dari orang yang mengungkapkan
pandangan itu. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan),
memastikan bahwa semua siswa diperkenankan mengemukakan pandangan sesuai
peranan yang diterimanya, bahwa setiap diskusi berlangsung tertib dan
mendorong peran serta yang jika perlu dengan mengajukan pertanyaan.Pada
akhir konperensi meja bundar, siswa-siswa hendaklah didorong untuk
memperhatikan semua sudut pandang dan tiba pada suatu keputusan pribadi
tentang isu itu. Metode ini dapat dikembangkan untuk untuk meransang
anak agar terlahit kecerdasan interpersonalnya dengan baik.
3. Pengembangan Evaluasi Hasil Pembelajaran
1)
Evaluasi dikembangkan dengan prinsip untuk memberikan informasi
kemajuan belajar siswa dalam berbagai bidang intelligensi (kecerdasan
jamak). Hal ini sudah harus tergambar sejak dalam perencanaan
pembelajaran pengembangan kegiatan pembelajaran.
2)
Bentuk evaluasi harus dikembangkan dengan berbagai macam yang dapat
mengakomodir kecerdasan yang sangat kompleks, baik itu kecerdasan dalam
lingusiti, logical mathematical, interpersonal dan lain sebagainya.
bentuk tes soal ujian harus diiringi dengan tugas, jadi nilai praktek
dan nilai sehari hari sangat besar perannya dalam penentuan keberhasilan
belajar.
3)
Proses penilaian benar benar berbasis kelas dan berangkat dari potensi
apa yang dimiliki anak, kemudian kecerdasan apa yang tepat untuk
dikembangkan pada dirinya. Artinya kompetensi yang ditetapkan oleh guru
dalam tujuan pembelajaran juga harus diiringi dengan pertimbangangan
lain dimana masing masing anak memiliki keunikan yang khas, sehingga
pengukuran kecerdasannyapun membutuhkan ciri khas.
E. Penutup
Multiple intelligence kini telah banyak dikembangkan dari sejak kajian teoretis sampai pada berbagai praktek kegiatan
pendidikan dan pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Kajian
kajian tentang pengembangan kemampuan anak berdasarkan multiple
intelligence ini diharapkan memberikan satu nuansa baru bagaimana
sebenarnya hakikat manusia dari sisi potensi, bakat dan kemampuannya
dapat dikembangkan secara optimal. Tentu kajian ini tidak berhenti
sampai di sini saja. Lebih dari itu, masih terlalu dini untuk
mengungkapkan bahwa multiple intelligence adalah yang terbaik dalam
pengembangan kepribadian seorang anak.
Namun
yang pasti memberi kesempatan bagi guru dan peserta didik sejak awal,
khususnya tentang multiple intelligence kiranya dapat memberikan satu
motivasi yang kuat, bahwa kegiatan pendidikan dan pembelajaran perlu
dikaji lebih jauh. Tulisan ini diharapkan menjadi nilai nilai inspirasi
bagi upaya peningaktan kemauan dan kemampuan dalam memahami multile
intelligence tersebut.
Mba kira2 dalam sebuah kelas bisa dibuat games seperti apa kecerdasan majemuk itU ?
BalasHapusgood job
BalasHapusGood
BalasHapus