Ririn AR.-Pernahkah kita berdo’a dan hanya dalam hitungan jam do’a kita dikabulkan? pernahkah berharap dalam hati ingin sesuatu dan ternyata apa yang kita inginkan tiba-tiba saja ada di hadapan kita? Ataukah sebaliknya?? Kita telah lama berdo’a tapi do’a kita tidak juga dikabulkan sampai kita merasa bosan dengan do’a kita?. Mungkin sering kita mengeluh, bertanya-tanya kepada Allah “kenapa aku tidak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan Rabbi?”, “Rabbi, aku telah sering berdo’a, tapi kenapa Engkau tidak mengabulkan? Bukankah Engkau telah berjanji untuk mengabulkan setiap permohonan seorang hamba?”. Atau lebih parah lagi mungkin malah berprasangka kepada-Nya “Allah tidak adil, atau mengingkari janji-Nya”. Astaghfirullah..
Apakah
kita bercermin terhadap diri kita, apakah kita juga telah mencoba melihat sosok
diri kita? Kenapa kita ada di dunia? Untuk apa? Apakah hanya bersenang-senang
untuk menikmati hidup bebas menggunakan hembusan nafas, detak jantung,
penglihatan, pendengaran, dan lisan untuk apa saja yang kita inginkan??
Melangkahkan kaki kita kemana saja kita mau? Menghitung nikmat yang ia berikan
tentunya membuat kita merasa tidak pantas mengeluh atas apa yang belum kita
dapatkan. Namun kita sering fokus pada apa yang belum kita miliki dari pada
menghitung apa yang telah kita miliki, sehingga seakan hidup kita berkutat
dengan masalah dan merasa tidak pernah bahagia. Padahal Allah telah berfirman,
“Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Ibrahim:
7)
Dari
ayat ini bisa diambil kesimpulan, bahwa bisa jadi kita tidak pernah bersyukur
atas apa yang ia berikan. Kita sudah dikaruniai nikmat sehat, kesempurnaan
akan fisik kita yang kita bisa bergerak bebas kesana-kemari sesuai yang kita
inginkan, tetapi tidak jarang kita melupakannya dan lebih fokus dengan apa yang
tidak kita miliki dan mengeluh kepadanya bahwa Dia tidak adil. Atau mungkin ada
pertanyaan, “saya sudah bersyukur, kenapa setiap saya berdo’a tetap saja tidak
pernah permintaan saya dikabulkan?”. Bercerminlah, lihat diri kita, bagaimana
bentuk syukur kita?? Sekedar mengucapkan hamdalah dan berhenti sampai disitu??
Bentuk syukur bukan hanya ucapan lisan saja tapi bagaimana sikap kita.
Terkadang kita langsung aja protes dengan janji-Nya “ Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembahKU akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina”.
Allah telah meminta kita untuk meminta apapun kepada-Nya bahkan Dia marah
ketika kita tidak pernah meminta kepada-Nya. Memang, mungkin kita tidak
mendapatkan apa yang kita inginkan. Maka evaluasilah diri kita, segeralah
intropeksi diri karena Allah menjawab do’a seoang hamba dengan tiga cara
sebagaimana sabda Rasulullah:
“Tidak
berdo’a seorang muslim dengan suatu do’a yang do’anya itu tidak dicampuri
sesuatu maksud jahat atau memutuskan silaturahmi, melainkan pastilah do’a itu
diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya do’a itu
DITERIMA DENGAN SEGERA, adakalanya DISIMPAN DAHULU UNTUK PERSEDIAANNYA DI
AKHIRAT, dan adakalanya DIPALINGKAN DARIPADANYA KEJAHATAN yang
seumpamanya” (Hadist).
Bagaimana
diri kita?? Sudah yakinkah kita menjadi seperti yang Dia inginkan? Yaitu
beriman dengan sebenar-benarnya iman dengan tidak bermaksiat kepada-Nya. “Barang
siapa meneguhkan agama Allah, maka DIA akan meneguhkan pijakannya”
(Muhammah: 7). Disinilah kuncinya, Islam yang kaffah harus tegak didalam diri
kita. Allah belum mengabulkan do’a kita bisa jadi karena Allah ingin kita sabar
sehingga do’a kita menjadi tabungan yang akan menghapuskan dosa-dosa kita.
Itulah bentuk kasih sayangNYA. Ingatlah do’a yang kita lantunkan disetiap
sholat kita. Kita meminta kepada-Nya “Allahummaghfirlii
warhamnii…”, “ampunilah dosaku, dan sayangilah aku…”, maka Allah akan
menghapus dosa-dosa sebagai jawaban atas do’a-do’a kita karena kasih sayangnya
kepada kita. Dia Maha Penyayang dan Maha Pengampun. Semakin sedikit dosa yang
ada pada diri seorang hamba, maka semakin mudah pula ia akan mendapatkan apa
yang ia minta dalam do’anya. Dalam Musnad dikatakan, “Seorang
hamba tidak mendapatkan rezeki karena dosa yang telah dikerjakannya ”.
Selama kita belum bisa berada dalam ketaatan secara totalitas, maka kita harus
siap sering-sering mendapat jawaban ke-2 atau ke-3 dari do’a-doa kita.
So,
back to fitrah, semoga dijadikan oleh-Nya sebagai pribadi ahli syukur, sabar,
dan ikhlas..
wallahu
a’lamu bishowab..
Follow
us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
mudah-mudahan bermanfaat